SEJARAH MANCHESTER CITY
City Football Club,
tidak terlepas dari peran seorang wanita.
Pada November 1865,
Arthur Connell diangkat sebagai Kepala Gereja St.Mark's di West
Gorton, sebuah distrik di timur Manchester, Inggris. Putrinya Anna
Connell (1855-1924) berinisiatif dan memutuskan untuk membentuk sebuah
asosiasi yang mendorong para pemuda paroki untuk berolahraga. Saat itu
tingkat kejahatan dan pengangguran sangat tinggi. Mereka percaya bahwa
olahraga dapat menyatukan dan mengurangi kejahatan di timur Manchester.
Tahun 1868 sudah terbentuk Tim Kriket Gereja St.Mark's dan mulai tahun
1875 tim kriket mulai menambahkan permainan sepakbola yang pada waktu
itu mulai populer.
Akhirnya pada tahun 1880 para pemain kriket membentuk tim sepak bola
dengan nama St.Marks (West Gordon) dibawah bimbingan William Beastow dan
Anna Connell (diyakini sebagai satu-satunya wanita telah mendirikan
sebuah klub sepak bola profesional di Inggris).
Tahun 1887 mereka pindah ke markas yang baru di Hyde Road, Ardwick. Nama
klub pun berubah menjadi Ardwick A.F.C. untuk menyesuaikan dengan
letaknya yang baru. Ardwick mulai ikut berkompetisi di divisi 2 Football
League tahun 1892. Setahun kemudian, musim 1893-94, masalah keuangan
membelit klub dan setelah direorganisasi ulang akhirnya mereka berganti
nama lagi menjadi Manchester City Football Club.
Masa Pembentukan (1875-1894)
St.Mark's (1880-1887)
Anggota Gereja St.Marks dari Inggris, West Gorton, Manchester,
mendirikan klub sepak bola yang sekarang dikenal sebagai Manchester
City, untuk tujuan kemanusiaan. Mereka, berusaha untuk mengekang
kekerasan geng lokal dan alkoholisme dengan membentuk kegiatan baru
untuk pria lokal, sementara pengangguran yang tinggi juga melanda Timur
Manchester, khususnya Gorton.
Semua orang dapat mengikutinya, tanpa memandang agama, yang pada abad
ke-19 sangat sensitif. Anna Connell secara pribadi mengunjungi setiap
rumah di paroki tersebut untuk menarik minat dan keterlibatan,
mengundang baik Protestan dan Katolik untuk mengambil bagian dalam
kegiatan baru tersebut.
Sebuah klub kriket gereja sudah dibentuk sebelumnya pada tahun 1868.
Anna menyampaikan saran kepada pegawai Gereja, William Beastow. Dia
menduga bahwa rutinitas sehari-hari laki-laki akan lebih baik bila
disalurkan melalui permainan kolektif yang dikelola gereja, melalui
permainan olahraga baru, yang semakin populer di akhir abad ke-19 yang
disebut dengan 'sepak bola'. Untuk mewujudkan hal tersebut dan sebagai
bagian dari keinginan Anna Connell untuk menyembuhkan penyakit sosial,
sipir gereja William Beastow dan Thomas Goodbehere memulai menbentuk tim
sepak bola geraja yang disebut St.Mark's (West Gorton), kadang
dituliskan West Gorton (St.Mark's) pada musim dingin tahun 1880.[5] Anna
Connell dikenal sebagai satu-satunya wanita yang membentukan klub
sepakbola utama Inggris.
Pertandingan pertama tim tercatat terjadi pada 13 November 1880, melawan
tim gereja dari Macclesfield. St.Mark's mengenakan kemeja hitam dengan
celana pendek putih. St Marks kalah dalam pertandingan 2-1, dan hanya
memenangkan satu pertandingan selama musim perdana mereka di 1880-81,
dengan kemenangan atas Stalybridge Clarence Maret 1881.[6]
Pada tahun 1884, klub bergabung dengan klub lain, yaitu Gorton Athletic.
Tetapi merger tersebut hanya berlangsung beberapa bulan sebelum klub
dibagi lagi. St Mark's menamakan diri mereka dengan Gorton A.F.C
sementara Gorton Athletic berubah menjadi West Gorton Athletic.[7]
Dengan perubahan nama ini, tim secara bertahap kehilangan sentuhan awal
agama mereka, dan nama St.Mark's perlahan memudar, dengan klub sering
menempatkan St.Mark's dalam tanda kurung.
Ardwick A.F.C. (1887-1894)
Pada tahun 1887, Gorton A.F.C. berubah status menjadi profesional dan
pindah ke tempat baru di Hyde Road Ardwick, dan mengganti namanya
menjadi Ardwick AFC untuk mencerminkan lokasi baru di timur kota.
Pertandingan pertama mereka di Hyde Road pada 10 September 1887
direncanakan untuk melawan Salford AFC sebagai "grand opening" stadion
baru. Tetapi pertandingan tidak jadi dilaksanakan karena Salford AFC
tidak dapat bertanding.[8]
Pada tahun 1889 terjadi bencana ledakan tambang batubara dekat Hyde Road
yang menyebabkan kematian 23 penambang. Ardwick dan Newton Heath, yang
keduanya kemudian menjadi Manchester City dan Manchester United,
mengadakan pertandingan persahabatan di bawah lampu sorot, dalam rangka
menghimpun dana bantuan bencana.
Pada tahun 1885 diadakan Piala Manchester (Manchester Cup) untuk pertama
kalinya. Ardwick AFC menjadi lebih dikenal luas pada tahun 1891,
setelah menjuarai Manchester Cup untuk pertama kalinya, mengalahkan
Newton Heath 1–0 di final.[9]
Keberhasilan ini berpengaruh terhadap keputusan Football Alliance untuk
menerima Ardwick sebagai anggota untuk musim 1891-1892. Pada saat
Football Alliance bergabung dengan Football League pada tahun 1892,
Ardwick AFC menjadi sebagai salah satu anggota pendiri Divisi Dua.
Masalah keuangan di musim 1893-1894 menyebabkan reorganisasi dalam klub,
dan Ardwick berubah menjadi Manchester City, dengan nama resmi
Manchester City Football Club Company Limited dan menjadi perusahaan
yang terdaftar pada tanggal 16 April 1894.
Masa awal Manchester City F.C (1894-1928)
Masa Perkembangan (1894-1898)
Billy Meredith "The Welsh Wizard" pemain kunci City diawal pembentukan
Mulai tahun 1894 klub ditata ulang oleh manajemen. Manajer Yosua Parlby
merekrut Billy Meredith yang berusia 19 tahun dari Northwich Victoria.
"The Welsh Wizard" tersebut sangat hebat karena mempunyai telenta yang
tinggi dan masa depan yang bagus. Billy bermain untuk tim nasional Wales
dan menang pertama kali pada tahun 1895. Namun, ia terus bekerja di
bawah tanah sebagai penambang selama seminggu sampai 1896, ketika
Manchester City akhirnya bersikeras bahwa dia harus melepaskan pekerjaan
tambang batu bara nya.
Klub ini berkembang dengan pesat dan pada tahun 1895, dan sudah menarik
lebih dari 20.000 orang sebagai pendukung. Para pendukung Manchester
City waktu itu dikenal sebagai penggemar riang klub mereka, sering
menyalurkan antusiasme mereka dan menciptakan suasana yang ramai di Hyde
Road, dengan terompet. Kadang-kadang sesekali mereka memakai pakaian
yang mewah.
Manchester City saat menjuarai Piala FA 1904
Pada tahun 1899, klub menjuarai Divisi II dan berhak promosi untuk
pertama kalinya ke tingkat tertinggi dalam sepak bola liga Inggris saat
itu, Divisi I.
Klub akhirnya mencatatkan gelar pertamanya pada tanggal 23 April 1904,
dengan mengalahkan Bolton Wanderers 1–0 di Crystal Palace dalam sebuah
final turnamen sistem gugur paling bergengsi di sepak bola Inggris,
yaitu Piala FA atau lebih dikenal dengan FA Cup. Klub nyaris mendapatkan
gelar ganda pada tahun 1904 karena mengakhiri liga Divisi I sebagai
runner-up pada musim 1903-1904.
Pindah ke Maine Road (1923)
Pada tahun 1920, Hyde Road menjadi stadion sepakbola pertama di luar
London yang dikunjungi oleh raja yang berkuasa.[10] Pada tanggal 27
Maret 1920 Raja George V hadir di Hyde Road untuk menyaksikan
pertandingan antara Manchester City dan Liverpool.[11]
Bulan November sebuah kebakaran yang disebabkan oleh rokok menghancurkan
tribun utama dan akhirnya Manchester City mulai mencari rumah baru.
Awalnya diusulkan kemungkinan untuk berbagi Stadion Old Trafford dengan
tetangganya, Manchester United. Namun sewa yang diusulkan United terlalu
mahal, sehingga Hyde Road diperbaiki dan City terus bermain di Hyde
Road.
Rencana untuk pindah dari timur Manchester ke selatan Manchester di
Maine Road, Moss Side membuat marah John Ayrton, Direktur Manchester
City saat itu. John akhirnya berpisah dari klub dan mendirikan
Manchester Central FC, karena merasa harus ada sebuah tim sepak bola
dari timur Manchester.
Akhirnya rencana klub untuk pindah ke basis baru di Maine Road, Moss
Side diumumkan pada tahun 1922. Pertandingan terakhir Manchester City di
Hyde Road adalah pertandingan liga melawan Newcastle United pada 28
April 1923, dan pada bulan Agustus 1923 menjadi pertandingan sepak bola
terakhir yang diadakan di Hyde Road. Manchester City memulai musim
1923-1924 di Maine Road, yang saat itu memiliki kapasitas 85.000 dan
dijuluki Wembley of The North
Setelah itu beberapa bagian dari Hyde Road masih digunakan. Atap stand
utama dijual ke Halifax Town, dan didirikan The Shay Stadium dimana atap
stand utama masih digunakan. Selama satu dekade, semua jejak sepak bola
menghilang dari Hyde Road. Pada 2008, lokasi bekas lapangan adalah depo
bus, sebagai tempat latihan para supir.
Tahun 1926 klub mencapai Final Piala FA, dan mencetak 31 gol dalam 5
pertandingan dalam perjalanan ke final. Namun di pertandingan final City
dikalahkan 1–0 oleh Bolton Wanderers. Kekecewaan bertambah, karena di
liga City terdegradasi di akhir musim. Tahun 1928 City menjadi juara
Divisi II dan kembali promosi ke Divisi I.
Periode 1928-1965
Tim Tahun 1930-an
Pada tahun 1930-an City mulai menjadi penantang serius, dalam berbagai
kesempatan di Piala FA. Di tahun 1930-an City mempunyai beberapa nama
terkenal seperti Matt Busby yang kemudian menjadi Manager Manchester
United, Frank Swift seorang penjaga gawang dengan rentang tangan hingga
jari mencapai 12 inci, yang masih dianggap sebagai salah satu penjaga
gawang terbaik sepanjang masa. Kemudian ada striker yang sulit dipahami
karakternya tapi rawan cedera yaitu Fred Tilson dan kapten yang sangat
berpengaruh yaitu Sam Cowan. Di sebuah pertandingan final, sebelum
pertandingan pada saat bersalaman, Sam Cowan memberitahukan kepada Raja
dengan mengatakan , "Yang Mulia, ini adalah Tilson. Dia hari ini bermain
dengan kaki yang patah".
Cowan menjadi kapten City, menggantikan Jimmy McMullan. Selama menjadi
kapten, City mencapai final Piala FA sebanyak 2 kali. Yang pertama
adalah pada tahun 1933, melawan Everton. Selama pertandingan Cowan
sering berhadapan langsung melawan Kapten Everton Dixie Dean. Kedua
pemain terkenal karena kemampuan mereka dalam menjaga daerahnya. Matt
Busby mengatakan bahwa "Cowan bisa menyundul bola sama jauhnya jika kita
menendang dengan kaki". Tetapi Dean menang dalam pertempuran udara,
mencetak gol kedua Everton dengan sundulan kepala. Kehadiran Dean
memberi Cowan dilema, dia terpecah antara tekad untuk tidak meninggalkan
Dean dan keinginan untuk membantu menyerang ke depan. Akhirnya Everton
menang 3-0.
Tapi pada saat Cowan menerima medali sebagai runner-up dari Duke of
York, ia mengatakan bahwa ia akan kembali tahun depan sebagai pemenang.
Sesuai dengan perkataan Cowan, City kembali ke Wembley pada tahun
berikutnya (1934), dan akhirnya memenangkan Piala FA, Cowan memenuhi
janjinya. Klub mengakhiri liga pada tahun 1930 di posisi ketiga, dan
kalah tipis dari Arsenal oleh gol Herbert Chapman di menit terakhir pada
semi-final Piala FA 1932.
Spesialis Piala FA
Raja George V hadir di Wembley pada Final Piala FA 1934 Manchester City vs Portsmouth
City mendapatkan reputasi sebagai spesialis Piala FA pada tahun-tahun
itu. Pada tahun 1934, 84.559 pendukung datang memenuhi Maine Road untuk
menyaksikan City melawan Stoke City di perempat final. Rekor kehadiran
tersebut masih bertahan hingga saat ini.
Di final Piala FA 1934, Cowan menjadi pemain pertama dan satu-satunya
pemain City yang tampil di tiga final Piala FA. Dia adalah kapten saat
City menang 2-1 atas Portsmouth. Sebagai kapten tim Cowan sangat
bertanggung jawab untuk memotivasi sesama pemain dan menjaga taktik
pertandingan. Pada era itu, seorang kapten dapat seperti manager, yang
secara administrasi dapat memberikan masukan taktik.
Semusim setelah kemenangan Piala FA, klub mengakhiri liga di urutan
keempat pada musim 1934-35 dan gagal memperbaiki rekor Piala FA setelah
kalah 1-0 dari Tottenham di babak ketiga. Di musim 1935-1936 berikutnya
City harus berjuang untuk mengakhiri liga di posisi kesembilan.
Juara Liga Pertama (1937)
City akhirnya merebut gelar juara liga Divisi I pertama mereka pada
tahun 1937 setelah menjadi runner-up dua kali di 1903-04 dan 1920-21,
dan berakhir di tempat ketiga sebanyak tiga kali di 1904-05, 1907-08 dan
1929-30. City keluar sebagai juara dan satu-satunya tim dengan mencetak
lebih dari 100 gol, serta tidak terkalahkan selama 22 pertandingan di
liga.
Juara Bertahan Terdegradasi (1938)
Di musim 1937-1938 berikutnya mereka langsung terdegradasi ke divisi II,
kendati mencetak gol lebih banyak dari tim manapun di liga. Peristiwa
ini dikaitkan dengan typical City syndrome. City menjadi satu-satunya
juara bertahan yang terdegradasi dalam sejarah sepak bola Inggris.
Setelah satu musim di Divisi II, akhirnya liga dihentikan karena
terjadinya Perang Dunia II. Selama periode enam tahun, Liga Perang
diperkenalkan, namun hal ini hanya bertujuan sebagai olahraga hiburan
yang ditujukan untuk memberikan semangat kepada seluruh rakyat di
kota-kota di seluruh Inggris. Beberapa pemain memilih untuk bermain
untuk City selama perang dan beberapa bermain sebagai tamu untuk tim
lain seperti Frank Swift. Sedangkan Jackie Bray bergabung dengan
Angkatan Udara Inggris, Royal Air Force pada tahun 1940 untuk ikut
membantu perang dan dianugerahi Medali Kerajaan Inggris karena
jasa-jasanya selama perang.
20 tahun kemudian, Manchester City yang terinspirasi kan taktik bernama
Revie Plan berhasil masuk final Piala FA 1955. Mereka kalah di final
melawan Newcastle United, tapi tahun berikutnya mereka menjuarai Piala
FA dengan mengalahkan Birmingham di final 3-1. Partai final tahun 1956
ini termasuk partai final Piala FA yang dikenang orang banyak karena di
pertandingan itu kiper City, Bert Trautmann, terus bermain walaupun
mengalami patah tulang leher.
Setelah itu City tenggelam dan baru muncul ke permukaan saat Joe Mercer
dan Malcolm Allison ditunjuk untuk menjadi duo manajer klub pada tahun
1965.
Periode 1965-2001
Malcolm Allison pada saat City juara Piala Carling 1970
Setelah Joe Mercer ditunjuk sebagai manager, mereka membuat pembelian
terpentingnya pada Mike Summerbee dan Colin Bell. Dua musim berikutnya,
musim 1967-1968, Manchester City menjuarai divisi satu untuk kedua
kalinya. Pada partai terakhir mereka memastikan gelar juara dengan
kemenangan 4–3 di kandang Newcastle. Piala dan prestasi pun kemudian
mulai mengalir datang. Piala FA mereka raih lagi pada tahun 1969 serta
Piala Winners Eropa pertama kalinya mereka raih pada tahun 1970 dengan
mengalahkan Gornik Zabrze 2–1 di final.
Rivalitas dengan klub sekota, Manchester United, selalu sengit. Salah
satu partai yang banyak dikenang adalah pada partai terakhir di musim
liga 1973–1974. Derby panas tak terelakkan tatkala baik City maupun
United harus menang agar bisa selamat dari degradasi. Pemain legendaris
MU, Denis Law, mencetak satu-satunya gol kemenangan yang juga otomatis
melempar rival sekotanya ke divisi 2. Tahun 1976 mereka meraih Piala
Liga dengan mengalahkan Newcastle di final 2–1.
Manchester City tidak menghasilkan gelar penting dan hanya
timbul-tenggelam di Premiership. Mereka hanya promosi ke divisi utama
namun kemudian terdegradasi lagi ke divisi 2. Bahkan pada tahun 1998
mereka terdegradasi sampai ke divisi 3 (Football League One). Setelah
kedatangan David Bernstein sebagai chairman yang baru, City pun mulai
berbenah.
Periode 2001-Sekarang
Pada tahun 2001, Kevin Keegan ditunjuk untuk menangani Citizens, pada
saat itu City bermain di divisi 2 (Football League Championship).
Dibawah Kevin Keegen mereka berhasil menjuarai Football League
Championship dan mereka pun berhasil promosi ke Liga Utama Inggris.
Maret 2005 Keegan mundur dan Stuart Pearce menggantikannya sebagai
caretaker atau manager sementara. Penampilan City yang cemerlang membuat
Pearce diangkat sebagai manager penuh dan musim 2005-2006 Pearce
membawa City menempati urutan ke-6 Liga Utama. Musim berikutnya
penampilan City menurun drastis dan hanya menghuni papan bawah klasemen
walaupun tidak sampai terdegradasi. Pearce akhirnya dipecat dan
digantikan mantan manajer tim nasional Inggris, Sven-Göran Eriksson.
Pada saat itu Manchester City telah dimiliki oleh miliuner ambisius yang
juga bekas perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Di bawah Eriksson, City tampil perkasa pada awal kompetisi namun mulai
kehilangan keseimbangan mulai dari pertengahan kompetisi, walaupun
demikian mereka bisa mencapai zona Piala UEFA berkat penampilan fair
playnya. Thaksin yang tidak sabaran sudah ingin memecat Eriksson sebelum
akhir kompetisi jika saja tidak ditahan oleh fans Citizen yang merasa
Thaksin terlalu semena-mena dan tidak memperhatikan keinginan fans City.
Pemecatan Eriksson hanya tertunda sebentar dan benar-benar dilakukan
saat akhir kompetisi.
Mark Hughes, manager Blackburn Rovers dan juga mantan pemain kesayangan
klub sekota Manchester United, ditunjuk untuk menggantikannya. Dibawah
Hughes, City berhasil menempati posisi Liga Utama Inggris pada musim
2008-09 dan juga berhasil menembus babak perempat-final Piala UEFA.
Hughes hanya bertahan hingga setengah musim 2009–10, dimana ia
digantikan oleh Roberto Mancini.
Dibawah Mancini, City berhasil menempati posisi kelima pada Liga Utama
Inggris musim 2009–10. Musim berikutnya, City berhasil menjuarai Piala
FA setelah mengalahkan Stoke City 1–0 dan berhasil menempati posisi
ketiga pada Liga Utama, hanya perbedaan selisih gol saja yang membuat
City gagal menggusur Chelsea dari peringkat kedua. Musim 2011–12
menandai keberhasilan City menyudahi 44 tahun puasa gelar juara Liga
(terakhir pada tahun 1968) dalam kompetisi yang ketat dengan Manchester
United. City berhasil juara dengan perbedaan selisih gol yang lebih
baik.
Warna dan Lambang klub
Seragam kandang Manchester City adalah Biru Langit dan celana Putih.
Sejak musim 2011-2012 seragam kandang city baik kaus dan celana
mengunakan warna yang sama yaitu biru langit. Asal-usul warna seragam
kandang klub tidak jelas, tetapi ada bukti bahwa klub telah menggunakan
biru langit sejak 1892 atau sebelumnya.
Sementara itu seragam tandang adalah Merah Marun, atau merah (sejak
tahun 1960-an) dan Celana Hitam. Namun dalam beberapa tahun terakhir,
beberapa warna yang berbeda telah digunakan. Sebuah brosur yang berjudul
Famous Football Clubs - Manchester City diterbitkan pada 1940-an
menunjukkan bahwa West Gorton (St. Marks) semula bermain dengan seragam
merah dan hitam. Dari laporan yang berasal dari tahun 1884 menggambarkan
tim mengenakan kaus hitam membawa salib putih, yang menunjukkan asal
klub sebagai sisi gereja.
Ide untuk menggunakan kaus merah dan hitam datang dari mantan asisten
manajer Malcolm Allison, yang percaya bahwa dengan mengadopsi warna AC
Milan akan mengilhami City untuk mencapai kejayaan.
Lambang
Lambang Manchester City tahun 1960an
Lambang klub saat ini mulai digunakan pada tahun 1997, dikarenakan bahwa
lambang sebelumnya tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai
merek dagang. Lencana tersebut didasarkan pada lengan kota Manchester,
dan terdiri dari sebuah perisai di depan sebuah elang emas. Fitur
perisai kapal pada setengah bagian atas menggambarkan Kanal Kapal
Manchester, dan tiga garis-garis diagonal di bagian bawah, menggambarkan
kota tiga sungai. Bagian bawah terdapat pita dengan sebuah kata
Superbia in Praelio, yang artinya dalam Bahasa Latin adalah Kebanggaan
di Pertempuran atau dalam Bahasa Inggris Pride in The Battle. Di atas
elang ada tiga bintang tiga, yang murni hanya sebagai dekorasi.
City sebelumnya sudah mempunyai 2 lambang, yang mulai digunakan sejak
tahun 1960an dan mulai tahun 1972 sampai dengan tahun 1997. Tapi lambang
tersebut tidak digunakan lagi karena tidak memenuhi syarat untuk
didaftarkan sebagai merek dagang.
Lambang Manchester City dari tahun 1972-1997
Akan tetapi, pada kesempatan saat City bertanding di final Piala FA,
lambang tersebut tidak gunakan. City menggunakan lambang Kota Manchester
pada kausnya sebagai simbol kebanggaan dari kota Manchester pada
acara-acara besar. Praktek ini dilakukan karena sebelum tahun 1960an,
seragam City tidak menggunakan lambang apapun, sehingga untuk melengkapi
sejarah klub digunakanlah Lambang Kota Manchester tersebut.
Lambang Kota Manchester mulai digunakan City pada partai Final Piala FA
1926 hingga partai Final Piala FA 1981 dimana pada saat keduanya
tersebut City menjadi runner-up. Pada final Piala FA 2011, City
menggunakan kembali lambang biasanya dengan legenda khusus, tetapi
Lambang Kota Manchester dimasukkan sebagai logo monokrom kecil di nomor
di bagian belakang kaos pemain.
Player
1 |
Joe Hart |
Kiper |
30 |
Costel Pantilimon |
Kiper |
29 |
Richard Wright |
Kiper |
63 |
Eirik Holmen Johansen |
Kiper |
13 |
Alexander Kolarov |
Bek |
4 |
Vincent Kompany |
Bek |
22 |
Gael Clichy |
Bek |
6 |
Joleon Lescott |
Bek |
3 |
Maicon |
Bek |
2 |
Micah Richards |
Bek |
28 |
Kolo Toure |
Bek |
5 |
Pablo Zabaleta |
Bek |
33 |
Matija Nastasi? |
Bek |
44 |
Karim Rekik |
Bek |
17 |
Jack Rodwell |
Gelandang |
46 |
Micheal Johnson |
Gelandang |
36 |
Denis Suárez |
Gelandang |
18 |
Gareth Barry |
Gelandang |
14 |
Javi García |
Gelandang |
7 |
James Milner |
Gelandang |
8 |
Samir Nasri |
Gelandang |
62 |
Abdul Razak |
Gelandang |
21 |
David Silva |
Gelandang |
42 |
Yaya Toure |
Gelandang |
45 |
Mario Balotelli |
Striker |
10 |
Edin Dzeko |
Striker |
16 |
Sergio ‘Kun’ Aguero |
Striker |
43 |
Alex Tchuimeni-Nimely |
Striker |
32 |
Carlos Tevez |
Striker |
60 |
John Guidetti |
Striker |
11 |
Scott Sinclair |
Striker |
49 |
Luca Scapuzzi |
Striker |
No comments:
Post a Comment